Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Korban serangan senjata kimia di Ghautah Timur terus bertambah, 1700 warga sipil muslim gugur dan 6000 pingsan

DAMASKUS – Korban gugur akibat serangan senjata kimia rezim Nushairiyah Suriah di desa-desa dan kota-kota dalam distrik Ghautah Timur, provinsi pinggiran Damaskus dan kota Moadamiyah asy-Syam, provinsi Damaskus sejak Rabu (21/8/2013) terus bertambah. Sampai Kamis (22/8/2013) malam warga sipil muslim yang gugur di kedua wilayah tersebut telah mencapai 1700 orang, laporan situs Koordinator Ghautah Timur.

Pembantaian terbesar dengan senjata kimia di Ghautah Timur, jumlah korban gugur sampai saat ini meningkat menjadi 1700 orang yang telah diketahui identitasnya dan 6000 lainnya dalam kondisi tidak sadarkan diri. Mayoritas korban adalah anak-anak dan wanita, tulis Koordinator Ghautah Timur.
ghautah 1 ghautah 2 ghautah 3

Sementara itu Persatuan Koordinasi Revolusi Suriah (SYRCU) mengeluarkan keterangan pers pada Rabu (21/8/2013) siang yang menyebutkan distrik Ghautah Timur dan Ghautah Barat sebagai “kawasan tanpa kehidupan” dan mengecam keras “sikap diam dunia internasional dan dunia Arab” yang mendiamkan pembantaian keji dengan senjata kimia di kedua distrik tersebut.

 

 


Melalui situs resminya SYRCU juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menggelar demonstrasi menentang pembantaian dengan senjata kimia di kedua distrik Ghautah tersebut. Lebih lanjut SYRCU menyerukan kepada Koalisi Nasional Suriah dan Dewan Militer, dua organisasi oposisi yang bermarkas di hotel-hotel mewah di Turki untuk mengundurkan diri. Kedua kelompok opisisi nasionalis-sekuler yang biasa dijuluki “revolusi hotel” itu dianggap tidak memiliki peranan apapun bagi revolusi di lapangan.

(Arrahmah.com)