Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Tertundanya Kemenangan Umat bisa karena Dosa Kita!

Oleh: Muhammad Zulfikar Rakhmat

 

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS: Ali Imran: 139)

AYAT di atas diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassallam ketika kaum Muslimin mengalami kekalahan besar dalam peperangan Uhud yang terjadi pada tahun ketiga hijriyah.

Sekitar tujuh puluh pahlawan Muslim terbaik gugur dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wassallam sendiri mengalami cedera yang cukup serius.

Namun kekalahan ini hanyalah sebuah pelajaran yang Allah wahyukan agar orang-orang beriman dapat merenungkan alasan kekalahan mereka seperti yang difirmankan Allah di beberapa ayat selanjutnya.

Satu alasan penting yang menyebabkan kekalahan kaum Muslim saat itu adalah bahwa kesalahan dan dosa yang diperbuat oleh segelintir Muslim dapat membuat seluruh pasukan mengalami kekalahan.

Ketika Umar bin Khattab mengirimkan balatentara yang dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqas untuk melawan kaum Persia pada peperangan Al-Qadisiyyah, beliau berpesan kepada Saad: “Takutilah dosamu melebihi kau menakuti musuhmu karena dosamu lebih berbahaya daripada musuhmu. Kita bisa menang karena dosa mereka melebihi dosa kita, bukan karena alasan yang lain. Jika dosa kita imbang dengan dosa musuh kita, maka mereka akan mengalahkan kita karena jumlah dan sumber daya mereka yang lebih banyak.”

Kemenangan dan kekalahan bukanlah ditentukan oleh uang, harta, sumber daya, ataupun tenaga. Namun mereka ditentukan oleh keseimbangan antara ketaatan dan ketidaktundukan kita kepada Allah.

Semakin kita taat kepadaNya, semakin dekat kita kepada kemenangan yang telah dijanjikanNya. Sebaliknya, semakin kita mengingkari perintah-perintah Allah, semakin kita menunda datangnya kemenangan tersebut. Dosa salah satu seorang Muslim dapat menunda kemenangan seluruh umat.

Kita terlalu mudah untuk menyalahkan kaum non-Muslim atas kemenangan kita yang tertunda namun tidak mudah untuk tunjuk jari pada diri kita sendiri.

Mari kita berintropeksi. Kita sering meninggalkan atau menunda Shalat?

Kita juga terkadang terlalu pelit untuk memberi zakat atau sedekah. Kita lebih memilih untuk pergi ke tempat-tempat wisata daripada pergi berhaji ke Baitullah.

Berapa banyak Negara kita kunjungi (hanya) untuk berbelanja, dan seberapa sering datang ke Kota Nabi untuk menapaktilasi perjuangannya?

Kita masih susah untuk lepas dari minuman keras, kita sering berbohong, curang, dan juga berghibah. Kita sering membuang waktu dengan melakukan aktivitas yang tidak ada gunanya. Mendengarkan musik lebih kita pilih daripada membaca atau mendengarkan ayat suci-Nya. Semua transaksi ekonomi kita menggunakan riba yang sangat dibenci Allah. Namun ketika musibah/penyakit/ujian dan cobaan datang  di tengah-tengah kita, lantas kita menuntut,  ”mengapa pertolongan Allah tidak kunjung datang?”

Ingatlah, setiap dosa yang kita lakukan dapat menghambat datangnya kemenangan Allah. Setiap raka’at yang kita tinggalkan bisa jadi alasan tertundanya kemenangan saudara-saudara kita di Suriah dan Palestina yang hingga kini ditindas kedzaliman.

Setiap minuman keras yang kita teguk, bisa mengizinkan al-Quran ‘untuk disobek’ dan ‘diinjak-injak’ musuh.  Setiap kali kita enggan bersedekah, bisa menyebabkan saudara Muslim kita disiksa dan dibunuh.

Dosa bukanlah perkara pribadi antara kita dengan Allah. Namun dosa dapat membuat perbedaan antara kalah atau menang. Setiap dosa yang kita lakukan adalah alasan mengapa Allah menunda untuk memberi pertolongan, keselamatan, dan kemenangan kepada umat ini.

Allah berjanji bahwa jika kita beriman, kita adalah orang yang tinggi derajatnya. Allah menjanjikan kita pertolongan, keselamatan, dan kemenangan dengan syarat bahwa kita benar-benar beriman. Jika kita mengalami kekalahan hari ini itu bukan berarti Allah tidak menepati janji.

Namun tanyakan pada diri kita sendiri “apakah kita sudah benar-benar beriman?”

Penulis adalah asisten peneliti di jurusan hubungan internasional dan politik Timur Tengah, Universitas Qatar

hidayatullah.com