Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Beramal Hanya Karena Allah

Oleh: Milda Liadini, Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

PADA masa sekarang begitu terlihat dengan jelas mayoritas umat muslim sangat disibukkan dengan persoalan duniawiyah semata. Mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa, kita sudah banyak didorong untuk mengejar dunia. Baik itu sengaja ataupun tidak. Berawal dari lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan sosial, bahkan media.

Orang tua sebagai bagian paling penting dalam lingkungan keluarga tidak jarang membanting tulang mencari uang untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi. Bukan karena supaya anaknya menjadi manusia cerdas dan mulia di hadapan Allah SWT, melainkan motivasi para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka sampai agar nantinya mudah mencari pekerjaan atau agar peluang mendapat menantu yang mapan lebih besar.

Esensi ilmu sebagai bekal kehidupan dunia akhirat dan sebagai landasan beramal sudah kehilangan daya tariknya. Seiring dengan semakin materialistisnya zaman, para pencari ilmu terjebak dan menjadikan ilmu hanya sebagai jembatan untuk mencari pundi-pundi rupiah saja. Bahkan tidak jarang ilmu itu sendiri tidak lebih berharga dibandingkan dengan ijazah yang katanya sebagai tanda bukti kelulusan.

Walhasil proses menuntut ilmu berjalan tanpa ruh atau kesadaran bahwa ia merupakan kewajiban dari Sang Maha Pencipta. Masyarakat pun termasuk pemerintahan kita tidak kalah materialistisnya. Kebanyakan dari mereka menilai status orang lain di lingkungan sosialnya dengan banyak atau sedikitnya uang dan harta benda yang dimiliki.

Masyarakat akan memberi rasa hormat kepada seorang yang memiliki mobil mewah dan rumah mewah. Sedangkan kepada orang yang tidak punya apa-apa, pendapatnya pun tidak akan didengarkan. Hukum akan tumpul pada mereka yang memiliki banyak uang dan tajam terhadap mereka yang tidak mempunyai uang.

Media sebagai sarana memberi informasi justru mendorong masyarakat semakin menyukai hiburan setiap saat, setiap menit, dan setiap jamnya. Mereka tidak henti-hentinya menayangkan tontonan-tontonan yang dijadikan masyarakat sebagai tuntunan yang dengan itu bertambah lena dan lupalah kita terhadap kehidupan setelah kematian.

Tentu kita sering melihat orang-orang di sekitar menghembuskan nafas terakhirnya, baik orang yang sudah tua, orang yang masih muda, bahkan mereka yang masih anak-anak. Baik secara tiba-tiba tanpa melewati masa sakit, maupun yang bertahun-tahun menderita sakit terlebih dahulu.

Karena kematian datang tanpa mengonfirmasi terlebih dahulu, ia bisa datang kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja. Tidak ada lagi yang berguna setelah kita tutup usia kecuali amal sholih yang pernah dilakukan di dunia. Harta ataupun kekuasaan tidak dapat menolong kita dari pedihnya siksa. Sebelum waktu kematian itu tiba, menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk menjaga setiap amalnya di dunia dengan amal yang senantiasa Allah ridlai dan sesuai dengan syari’atNya.

Sebagai seorang yang beriman tentu kita harus senantiasa menghadirkan kesadaran dalam setiap aktivitas kita bahwa kita beramal karena Allah SWT. Misalnya kita mencari ilmu bukan untuk mencari ijazah dan gelar sehingga dapat kerja bagus, melainkan memperoleh ilmu itu tersendiri untuk diamalkan dan dipergunakan untuk kemaslahatan masyarakat pada umumnya. Seorang suami bekerja bukan semata-mata hanya mencari pundi-pundi rupiah, melainkan sebagai ibadah kepada Allah dalam menafkahi keluarga.

Kesadaran ini tentu tidak mudah untuk senantiasa dihadirkan butuh keimanan atau kepercayaan bahwa kita adalah makhluk yang fana dan akan kembali kepada penciptaNya. Sehingga bekal apa yang telah kita persiapkan untuk dibawa menghadap Sang Pencipta? Karena dunia bukanlah tempat asli kita kaum muslimin, akhiratlah tujuan sebenarnya.