Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Gerakan Anti Miras: Miras adalah Bentuk Kejahatan Negara

JAKARTA  – Menyadarkan orang yang telah gandrung dengan miras, tidak cukup hanya dengan dalil haram . Buktinya, ada seorang pecandu miras yang saat umrah ke Tanah Suci, berthawaf sambil membawa putaw. Usai thawaf, ia kembali gunakan. Astaghfirullah.

Demikian diungkapkan oleh Dr. Muhammad Hamdi, Psi (Psikolog dari UI) dalam "Nongkrong Keren Tanpa Miras" di Restauran Steakology Jl. Tebet Barat Raya No. 38, Jaksel. Jumat (21/6) malam. Acara ini digelar oleh Yayasan Anak Bangsa Mandiri yang diketuai oleh Fahira Idris. Hadir dalam talkshow tersebut, para blogger anti miras, insan media, dan aktivis dakwah dan sosial lainnya.

Hamdi menceritakan pengalaman dari cara almarhum Abah Anom di Tasikmalaya yang banyak menyembuhkan remaja pecandu miras dan narkoba. “Abah Anom itu tahu membedakan, mana yang sudah sembuh dan mana yang belum. Jika ada santrinya yang mengaku sembuh, maka sesungguhnya ia belum sembuh. Perilaku orang yang suka ngedrugs adalah Speak Jungkis (suka bohong),” kisahnya.

Percaya atau tidak, kenyataannya, kata Hamdi, mereka yang mengkonsumsi drugs adalah mereka yang pernah mengikuti seminar narkoba. Ketika sang trainernya memberi presentasi sambil memperagakan ketika sakaw (candu), justru malah membuat peserta ingin mencoba. “Faktanya ada dokter yang pasiennya mencapai 300 pasien akibat drugs.”

Tentu saja, Hamdi mendukung sekali Gerakan Anti Miras yang dikampanyekan oleh Fahira Idris dan komunitasnya. “Harus ada pendekatan individu agar jangan sampai terkena pengaruh narkoba dan miras. Tak kalah penting, untuk memerangi miras, tergantung political will dari pemerintah. Sayangnya, banyak kepentingan politik di dalamnya. Mengingat tidak semua fraksi di DPR peduli dengan moral generasi muda Indonesia. 

Dalam pemaparannya, Dr. Muhammad Hamdi, Psi (Psikolog dari UI) mengatakan, ada 16 juta orang gila di Indonesia yang disebabkan oleh depresi dan keturunan. Itulah sebabnya, bicara soal problematika social, tidak bisa dilihat dari satu sisi, tapi berbagai sisi. Ketika miras menjadi pelarian, bisa dipastikan dampak yang disebabkan, baik fisik maupun psikologis, seperti: menyerang saraf, merusak jantung dan ginjal, jiwa yang terganggu dan  mengubah perilaku.

“Apapun jenis miras sangat berbahaya, perubahan perilaku. Sampai-sampai ada anak yang tega membunuh ayah dan ibunya disebabkan miras,” ujarnya.

Kesembuhan sesorang dari ketergantungan pada miras, akan sangat bergantung: pertama, jika seseorang telah mendapat hidayah. Kedua, punya motivasi yang kuat, dan ketiga, keinginan untuk sembuh. “Detoksinasi hanya berhasil dari sisi fisiknya saja, tapi sugesti atau keinginan untuk kembali ngedrugs masih sangat kuat. Saya punya pasien yang 10 tahun bersih dari miras. Tapi karena sugestinya, ia kembali drugs dan melampaui batas (over dosis), lalu mati.”  

Komunitas gerakan anti miras sepakat, bahwa miras adalah kejahatan negara. Buktinya, negara melakukan pembiaran terhadap kerusakan moral generasi muda disebabkan miras. Akibat miras kejahatan merajalela, pembunuhan, kecelakaan lalu lintas, angka percaraian hingga kekerasan dalam rumah tangga meningkat tajam.

(voa-islam .com)