Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Dasar-dasar untuk Memahami Al-Quran

Sebagai seorang yang muslim, wajib baginya untuk memahami serta membaca kitab sucinya, yaitu Al-Quran, tapi sayangnya di negara kita yang tercinta ini, dengan populasi penduduk muslim terbanyak di Dunia, sebagian besar penduduknya masih sangat awam tentang pemahaman Al-Quran, bahkan dari mereka ada yang menjadikan Al-Quran hanya sekedar pajangan dirumah mereka agar mereka dicap sebagai muslim sejati ketika ada tamu atau sanak saudara yang melihatnya, maka dari itu tidak salah apabila kita kembali belajar dan membahas bagaimana dasar - dasar untuk memahami Al-Quran dengan benar dan bagaimana kita berinterakasi dengan Al-Quran yang kita cintai ini.

Memahami Al-Quran hukumnya adalah wajib berdasarkan ayat berikut:



"Maka mengapakah mereka tidak mau mentadabburi al-Qur'an? Apakah karena hati mereka terkunci mati?" (QS 47 : 24)

Ada beberapa tahapan agar kita mampu untuk memahami dan mampu berinteraksi dengan Al-Quran.

1) Memperhatikan adab tilawah.

2) Membaca satu surat, satu juz, atau satu ruku’ dengan pelan- pelan, khusyu’, tadabbur dan penuh penghayatan. Tidak mementingkan target dalam satu hari harus selesai satu surat, satu juz atau beberapa lembar.

3) Memperhatikan dan merenungi satu ayat, diperdalam untuk mendapatkan arti yang terkandung dalam ayat tersebut, dengan cara dibaca dengan penuh perasaan dan penghayatan, mendengarkan dari bacaan orang lain atau kaset dan dilakukan berulang­-ulang sampai mendapat arti yang terkandung dalam ayat tersebut.

4) Mempelajari secara rinci, susunan kata, konteks kalimat, arti yang terkandung, sebab turunnya (asbabun nuzul), i'rab  sampai betul-betul memahami seluk-beluk ayat tersebut dan berbagai sudut pandang.

5) Memahami korelasi ayat dengan kondisi sekarang.

6) Merujuk kepada yang dipahami oleh para salafus shalih terutama pemahaman para shahabat. Hal ini dikarenakan mereka lebih ahli dibanding Profesor Al-Quran terpintar saat ini pun, karena mereka mendapat petunjuk langsung dari Rasulullah saw. Oleh karena itu, dari aspek kesopanan dan aspek ilmiah, kita harus lebih mendahulukan pemahaman para shahabat. Hal ini untuk mencegah agar Al-Quran tidak difahami sesuai dengan hawa nafsu kita.

7) Mempelajari pendapat para ahli tafsir yang memiliki bobot ilmiah.

Wirid Harian Seorang Muslim dalam Membaca Al-Qur'an

Allah swt, menyukai amal shalih yang istimrar berkesinambungan walaupun sedikit dibanding banyak tetapi kurang memperhatikan aspek kontinyuitasnya. Seorang muslim hendaknya merancang wirid harian untuk berinteraksi dengan Al-Quran, sebagai berikut:

1. Wirid tilawah, tidak kurang sehari satu juz.

2. Wirid hapalan menghapal 1 sampai tiga ayat setiap hari.

3. Wirid tadabbur, mentadabburi Al-Qur’an 1 sampai 3 ayat setiap hari.

Kunci-kunci untuk Dapat Memahami dan Berinteraksi dengan Al-Quran :

1) Memahami al-Quran sebagai kitab yang syamil  mencakup seluruh urusan kehidupan.

Al-Quran adalah kitab yang syamil, manhaj hidup yang sempurna, memiliki tabiat gerak yang hidup, membangun peradaban yang positif dan tetap berpengaruh sampai akhir zaman.

Sebagian orang terperangkap untuk memandang Al-Quran dan satu sisi saja, misalkan hanya memandang Al-Quran dan ilmu pengetahuannya saja, sejarahnya saja, bahasanya saja, ataupun Al-Quran hanya dijadikan jampi-jampi sebagai obat saja, dsb.

Kita tidak mengingkari bahwa semua hal itu dicakup oleh Al-Quran, bukan kita tidak mempelajari bagian-bagian itu semua tapi yang tidak boleh ialah hanya menghususkan diri kita pada satu sisi saja.

Ada sebagian ulama yang membahas Al-Quran dari sisi akhlaq, sisi ekonomi, sosiologi, tata bahasa dan lain-lain. Ini adalah usaha yang sangat berharga dan kita tidak bisa mengesampingkannya. Tapi hendaklah orang yang mempelajari Al-Quran memahami bahwa Al-Quran adalah satu kerangka yang menyeluruh, menyeluruh dalam tabi’atnya, peranannya, risalah, mu’jizat, ilmu, tema-temanya, manhaj, undang-undang dan ­syari’atnya serta setiap perkara yang diisyaratkan dalam al-Qur’an.

2) Memfokuskan kepada tujuan utama Al-Quran.

Sebagian manusia menggunakan Al-Quran dengan tujuan sampingan, tujuan furu'iyah atau sama sekali tidak sesuai dengan tujuan Al-Quran diturunkan. Seperti Al-Quran dijadikan untuk perlombaan, Al-Quran dibaca untuk orang mati saja, Al-Quran hanya diambil barakahnya dengan dijadikan azimat, ruqa' dan tamimah. Al-Quran hanya dijadikan pajangan yang menghiasi rumah, mobil atau tempat-tempat lain.

Mereka tidak menggunakan Al-Quran untuk membukakan hati, jiwa, perasaan dan
akal, sehingga mereka hidup tidak sesuai dengan tuntunan Al-Quran dalam seluruh lapangan kehidupan, baik kehidupan pribadi, rumah tangga, masyarakat, pendidikan, ekonomi, yayasan-yayasan, negara dan sebagainya.

Tujuan utama Al-Quran berkisar pada empat perkara berikut ini:

a) Al-Quran sebagai petunjuk jalan yang lurus menuju Allah (Al-Isra: 9,
as-Syura: 52, al-Maidah: 15 – 16).

b) Membentuk kepribadian muslim yang seimbang. Diantaranya adalah:

c) Menanamkan iman yang kuat.

d) Membekali akal dengan ilmu pengetahuan.

e) Memberi arahan untuk dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki dan
sumber-­sumber kebaikan yang ada di dunia.

f) Menetapkan undang-undang agar setiap muslim mampu memberikan sumbangsih dan kreatif untuk mencapai kemajuan.

g) Membentuk masyarakat muslim yang betul-betul Qur'ani, yaitu masyarakat yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang merupakan penjelmaan Al-Quran dalam setiap gerak kehidupannya. Masyarakat yang diasuh dan dibimbing dengan arahan Al-Quran, hidup di bawah naungannya, dan berjalan di bawah cahayanya, seperti masyarakat sahabat (al-Anfal 24).

h) Membimbing umat dalam memerangi kejahihiyyahan.
 

3) Memperhatikan sisi harakah dalam menegakkan dakwah, jihad dan hokum Islam, karena Al-Quran memiliki sifat (waqi'iyah harakiyah):
 

  • Jidiyatul harakiyah.
  • Harakah dzatu marahil.
  • Harakah daibah walwail mutajaddidah.
  • Syari'at mengatur hubungan dengan kelompok non muslim.
     

4)Menjaga suasana pemikiran agar selalu ada dalam bingkai topik permasalahan yang terkandung dalam ayat yang sedang dibaca.

Ketika membaca Al-Quran diperbolehkan untuk memperdalam satu ayat dari sisi ilmu pengetahuan, dan sisi tata bahasa atau yang lainnya, tapi hendaknya, perasaan, pemikiran, penghayatannya dan perhatiannya tetap pada pokok pikiran ayat yang sedang dibaca.
 

5) Menjauhi hal yang bertele-tele yang bisa menghalangi cahaya Al-Qur'an.

Misalnya tenggelam dalam perbedaan pendapat tentang qiraat, i'rab, balaghah, asal kata, perbedaan-perbedaan masalah fiqih, mempertentangkan tokoh, tempat, tanggal kisah­-kisah yang diungkap dalam Al-Quran. Misalnya mempertentangkan asal kata Malaikat, berapa jumlah Ashabul Kahfi dan lain-lain.

Tapi itu semua bukan berarti tidak boleh dilakukan, boleh dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki spesialisasi dalam ilmu tafsir.

6) Menjauhi Israiliyyat (cerita-cerita palsu) dan menjauhkan diri dari perbuatan mempermasalahkan ayat-ayat yang mutasyabihat.

7) Memasuki Al-Quran tanpa didahului oleh asumsi dan opini tertentu.

Hal ini untuk menghindarkan agar makna-makna Al-Quran tidak dipaksakan agar sesuai dengan asumsi yang telah dia pegang dan berusaha mencari-cari legitimasi atas pendapat yang ia pegang dan bukan mempelajari Al-Quran untuk meluruskan pemahaman dia.

Seperti yang dilakukan oleh para shahabat apabila mereka membaca Al-Quran mereka melepaskan seluruh keyakinan dan persepsi mereka yang mereka pegang ketika masa jahiliyyah.

8)Tsiqah secara mutlak terhadap semua petunjuk, perintah, larangan dan berita yang diungkapkan oleh Al-Quran.

9)Memahami isyarat-isyarat yang terdapat dalam Al-Quran.

Di dalam Al-Quran terdapat rahasia-rahasia arti yang terkandung yang tidak akan dipahami kecuali oleh orang-orang yang telah memilki kunci-kunci untuk berinteraksi dengan Al-Quran dan ia memiliki bashirah, limpahan keimanan dan kesiapan untuk hidup di bawah naungan Al-Quran.

Seperti ayat keimanan mendorong orang untuk merasa diawasi oleh Allah, membaca tentang hari qiamat tergerak hatinya untuk takut akan adzab Allah, kemudian ia mampu memahami hubungan satu ayat dengan yang lain padahal ayat itu diturunkan dalam senggang waktu yang cukup jauh.

10) Mempunyai pemahaman bahwa satu kata atau kalimat dalam Al-Quran mempunyai beberapa pengertian.

Karena ayat Al-Quran sering diungkapkan dengan kalimat yang singkat tapi padat (I’jaz), seperti surat Al-Ashri, Imam Syafi’i mengatakan: "Kalaulah manusia mentadabburi surat al-Ashri tentu surat itu sudah cukup bagi mereka sebagai pegangan hidup" . Contoh lain al-Isra’: 16; al-Mujadilah: 5; al-A‘raf: 34; dan Thaha: 124.

11) Mempelajari realita shahabat dalam pengamalan al-Quran.

Ibnu Mas'ud berkata, "Kami sulit menghafal lafadh Al-Quran tapi mudah mengamalkannya sedang orang sesudah kami mudah untuk menghapal tapi sulit mengamalkannya."

Ibnu Umar berkata, "Para shahabat diberi iman sebelum Al-Quran, sehingga Al-Quran turun kepada Nabi Muhammad menjelaskan hukum halal dan haram, lalu mereka berpegang teguh dengan ayat tersebut."

Contoh, ketika turun ayat yang memerintahkan untuk mengalihkan arah qiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram maka mereka serentak melaksanakan dengan penuh ketaatan dan komitmen.

12) Memahami bahwa Al-Quran tidak dibatasi dengan tempat dan zaman.

13) Memahami korelasi ayat-ayat Al-Quran dengan realita yang ada sekarang.

14) Merasa bahwa ayat-ayat Al-Quran ditujukan kepada dirinya. 

15) Mempelajari Al-Quran dengan manhaj talaqqi yang benar (berhadap-hadapan dengan guru yang sudah diverifikasi bacaannya, bahkan kalau bisa ada silsilahnya sampai nyambung ke Rasulullah saw).

16) Menjauhkan diri dari perbedaan-perbedaan pendapat para ahli tafsir.