Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Cara Menimba Ilmu Tafsir

Para saudara seiman yang selalu dirahmati oleh Allah, setelah kita mengkaji pada kesempatan sebelumnya bagaimana cara memahami nash - nash Alquran, pada kesempatan yang indah ini kami ingin mengkaji bagaimanakah cara menimba ilmu tafsir, hal ini tak bisa diremehkan, mengingat ilmu tafsir adalah ilmu untuk memahami lebih dalam makna kitab Allah, maka salah langkah dalam mempelajarinya dapat menyebakan penyelewengan dan perubahan dari tafsir suatu ayat yang terdapat dalam Alquran, maka dalam hal ini kami ingin mengkaji suatu metode dan jalan yang digunakan para pentafsir dalam memahami ayat Alquran.

Setiap orang yang meniti suatu jalan dengan melewati pintu dan gerbangnya, pasti akan berhasil dan sukses sampai ke tujuan. Sebagaimana firman Allâh Ta'ala :

“…Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya….” 
(Qs al-Baqarah/2:189)

 


Semakin besar sebuah tuntutan, niscaya kian pentinglah perkara tersebut dan makin menuntut supaya dilakukan pengkajian secara integral mengenai metode yang paling tepat dan benar. Dan tidak diragukan lagi, bahwa pembahasan yang sedang kita lakukan merupakan perkara yang sangat penting dan paling agung. Bahkan merupakan asas dan pondasinya.

Ketahuilah, sungguh Allâh Ta'ala telah menurunkan Al-Qur’ânul-’Azhîm untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada umat manusia. Di setiap waktu dan masa, Al-Qur‘ân mengarahkan kepada petunjuk terbaik dan perkara yang paling benar.

Allâh Ta'ala berfirman :

“Sesungguhnya Al-Qur‘ân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus …”
(Qs al-Isrâ‘/17 ayat 9)


Oleh karena itu, seseorang wajib mempelajari makna Kalâmullah.

(Sebagaimana) telah dilakukan oleh para sahabat radhiallâhu'anhum, apabila telah membaca sepuluh ayat, terkadang kurang atau lebih dari itu, mereka tidak akan melewatinya kecuali setelah mengetahui dan mengamalkan kandungan iman, ilmu dan amalannya. Mereka menerapkannya dalam kehidupan nyata, mengimani kandungan aqidah dan berita-beritanya, patuh terhadap seluruh perintah dan larangannya, mencocokkannya dengan kejadian-kejadian yang mereka saksikan, baik yang mereka alami sendiri maupun orang lain. Mereka melakukan introspeksi diri, apakah termasuk orang-orang yang mengamalkan ayat tersebut atau kurang memenuhi hak-hak dan tuntutannya, bagaimana cara tetap beristiqamah dengan hal-hal yang bermanfaat, dan membenahi kekurangan-kekurangan yang masih ada, dan bagaimana cara supaya terbebas dari perkara-perkara yang membahayakan.

Sehingga, para sahabat pun akhirnya berhasil memperoleh hidayah dengan ilmu-ilmu dari Al-Qur‘ân, menghiasi diri dengan akhlak dan adab yang diajarkan. Dan mereka meyakini, bahwa Al-Qur’ân merupakan perkataan yang ditujukan dan diarahkan kepada mereka dari Dzat yang Maha Mengetahui alam ghaib maupun yang nampak. Mereka diminta untuk memahami makna-maknanya dan mengamalkan kandungannya.

Maka, barang siapa menempuh jalan para sahabat ini dan bersungguh-sungguh, serta serius dalam mentadabburi Kalâmullah, niscaya akan terbuka baginya pintu yang paling penting dalam ilmu tafsir, pengetahuannya akan kian kokoh, dan ilmunya akan berkilau.

Dengan metode ini, ia merasa tidak akan mengalami banyak kesulitan dan pembahasan-pembahasan selainnya. Apalagi jika sudah mengusai ilmu bahasa Arab dengan baik dan mempunyai penguasaan dan perhatian khusus terhadap sîrah Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, perilaku-perilaku Beliau kepada para sahabat ataupun musuh-musuh. Sesungguhnya, itu akan sangat membantu dalam memahami perkara ini.

Manakala seorang hamba mengetahui bahwa Al-Qur‘ân mengandung penjelasan mengenai segala sesuatu, menjamin (datangnya) kemaslahatan-kemaslahatan, menjelaskan, memberikan semangat untuk mau menempuhnya, memperingatkan dari segala kerusakan, kemudian orang tersebut menempatkan kaidah ini di depan dua matanya, mencocokkannya dengan kejadian-kejadian yang akan datang maupun yang telah lewat, maka akan menjadi jelas baginya keagungan kaidah ini, limpahan manfaat dan buahnya.


Referensi: Kitab al-Qawâ’idul-Hisân fî Tafsîril-Qur`ân, karya Syaikh ‘Abdur- Rahmân as-Sa’di.

(Ushul Tafsir: Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XII)