Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Ramadhan Bulan Alquran

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al-Baqarah: 185)

Ramadhan dan Alquran adalah dua kata yang tak dapat dipisahkan. Allah Swt telah membuat Ramadhan demikian istimewa, bukan hanya karena pada bulan itu orang-orang yang beriman diwajibkan untuk berpuasa, tetapi pada bulan itu juga diturunkan kitab suci Alquran (QS. Al Baqarah: 185). Bahkan, dalam Surat Al Qadr ayat 1 dengan jelas disebutkan bila turunnya Alquran itu terjadi pada malam Lailatul Qadar. Ibnu Katsir mengatakan, “Allah Taala memuji Ramadhan, dengan cara memilihnya diantara bulan-bulan yang lain untuk diturunkan Alquran.”

 

Hal yang lebih menarik yang menunjukkan keistimewaan hubungan ini, Allah tidak semata memilih Ramadhan menjadi momentum turunnya Alquran, namun Allah juga memilihnya menjadi saat-saat khusus untuk muraja’ah (mengulang) Alquran yang berlangsung antara Jibril dengan Rasulullah saw, sebagaimana digambarkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra;

“Rasulullah Saw, adalah orang yang paling dermawan, kedermawanannya bertambah ketika bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengulang bacaan Alquran. Saat ditemui Jibril, Rasulullah adalah lebih dermawan dari angin yang berhembus.“ (HR Bukhari)

Pertemuan Jibril dengan Rasulullah saw tiap malam pada bulan Ramadhan, memberikan satu gambaran tentang pertemuan istimewa; istimewa karena pertemuan antara Rasul yang paling agung, dengan Malaikat yang paling agung, mengulang lantunan lafaz-lafaz Kalam Allah, Dzat yang Maha Agung.

Keutamaan Membaca Alquran

Menyibukkan diri dengan membaca Alquran termasuk ibadah yang paling utama dan merupakan salah satu sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, mengharap ridha-Nya, memperoleh keutamaan dan pahala-Nya. Sebab Alquran adalah Kalamullah  dan merupakan asas Islam yang diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan kepada umat manusia; dengan syariat yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan paling sempurna. Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,” (QS. Fâthir: 29).

Rasulullah saw bersabda dalam sejumlah hadits yang mendorong umat Islam untuk selalu membaca, menghafal, mempelajari dan mengajarkan Alquran, diantaranya: 

“Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dari Utsman bin Affan r.a)

“Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa “alif lam mim” adalah satu huruf. Akan tetapi Alif adalah satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim juga satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud, dan ini hadits shahih)

“Orang yang mahir dengan Alquran akan bersama-sama dengan rombongan malaikat yang mulia dan senantiasa berbuat baik. Dan orang yang membaca Alquran tapi terbata-bata dan sangat berat baginya, ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim dari ‘Aisyah, Ummul Mukminin. r.a)

“Sesungguhnya orang yang dalam hatinya tidak ada Alquran sedikitpun (yang dia hafal) bagaikan rumah yang akan roboh.” (HR. At-Tirmudzi, Ia menshahihkannya).

Rasulullah Saw seringkali menyuruh para sahabat untuk membaca Alquran di depan beliau. Imam Bukhâri dan Muslim meriwayatkan, Rasulullah Saw pernah berkata kepada Ibn Mas’ud, dimana pada saat itu Rasulullah sedang di atas mimbar, “Bacakanlah kepadaku Alquran!” Ibn Mas’ud berkata, “Pantaskah aku membacakan untukmu, sedangkan Alquran diturunkan kepadamu?” Rasulullah Saw menjawab, “Sungguh aku senang mendengarnya dari orang lain.” Lalu Ibn Mas’ud pun membacakan surat an-Nisâ’hingga ayat yang berbunyi: “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu ).” (Qs. an-Nisâ’: 41). 

Beliau bersabda, “Cukup…Cukup!” Ketika aku menoleh, kata Ibn Mas’ud, aku melihat air mata beliau bercucuran.

Rasulullah saw benar-benar menekankan kaum Muslimin untuk memahami Alquran.Beliau mengutamakan kedudukan sebagian mereka atas sebagian yang lain dari kemampuannya menguasai Alquran. Beliau bersabda: “Yang berhak menjadi Imam atas kaumnya adalah orang yang paling (mahir) membaca Alquran di antara mereka.”

Dalam sebuah hadits, Abu Hurairah bercerita, “Rasulullah Saw pernah memberangkatkan suatu pasukan untuk menyerang musuh. Beliau meminta mereka untuk membekali diri dengan bacaan Alquran. Beliau pun meminta masing-masing membacakan apa yang dihafalkannya. Tiba-tiba beliau menghampiri seorang di antara mereka yang paling muda usianya seraya berkata, ‘Apa saja yang kau hafal, hai Fulan?!’ ‘Saya hafal surat ini, surat itu, dan surat Al Baqarah’ jawabnya. ‘Kamu hafal surat Al Baqarah?! Rasulullah bertanya lagi. Anak muda itu berkata, ‘Benar’. Rasulullah saw pun bersabda, “Berangkatlah dan kamu yang menjadi pemimpin mereka.”

Pantaslah anak muda itu mendapatkan penghargaan diangkat sebagai komandan pasukan. Sebab dengan kemampuannya menghafalkan surat Al Baqarah, surat terpanjang dalam Alquran (yakni 286 ayat dan lebih dari dua juz) ia patut mendapatkan acungan jempol. Lebih dari itu, surat Al Baqarah rupanya punya kedudukan tersendiri dalam pandangan Rasulullah Saw.

Beliau Saw bersabda, “Bacalah olehmu Alquran, karena Alquran akan datang pada hari kiamat pada pembacanya dengan membawa syafaat. Bacalah Az Zahrawain, yaitu surat Al Baqarah dan Ali Imran, karena kedua-duanya datang pada hari kiamat seolah-olah menjadi dua tumpuk awan yang menaungi pembacanya atau menjadi dua burung yang sedang terbang lalu datang hendak membela pembacanya. Bacalah surat Al Baqarah karena mengambilnya adalah berkah, sedang meninggalkannya adalah suatu penyesalan dan tidak dapat dilakukan oleh orang yang kosong dari ibadah. Muawiyah bin Salam mengatakan; ‘Menurut kabar yang sampai kepadaku, orang yang kosong dari amal ibadah adalah tukang-tukang sihir’.” (HR. Muslim)

Membaca dengan Tartil

Orang yang membaca Alquran hendaknya dalam keadaan khusyu’, merenungkan makna-maknanya dan penuh ketundukan, karena memang demikian cara yang diperintahkan. Ia dianjurkan menangis atau pura-pura menangis kalau tidak bisa menangis. Disunnahkan pula meneladani cara-cara Rasulullah Saw dalam membaca Alquran. Beliau senantiasa membaca Alquran dengan tartil, tidak terburu-buru, bahkan sebaliknya dengan memperjelas huruf per huruf dan menghentikan bacaan seayat demi seayat.

Dalam membaca Alquran, Rasulullah Saw telah mencontohkan kepada kita untuk membaca dengan tartil, dan tidak terburu-buru, dalam rangka melaksanakan firman Allah Swt: “Dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan (tartil).” (QS. al-Muzzammil : 4).

Abu Dawud dan At-Tirmidzi telah men-takhrij hadits yang shahih bahwa Rasulullah bersabda :  “Kelak (di akhirat) akan dikatakan kepada Shahibul Quran (orang yang senantiasa bersama-sama dengan Alquran, penj.) bacalah, naiklah terus dan bacalah dengan perlahan-lahan (tartil) sebagaimana engkau telah membaca Alquran dengan tartil di dunia. Sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” 

Beliau selalu membaca Alquran, baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring, dalam keadaan berwudhu maupun berhadas. Manakala menemukan ayat-ayat doa, beliau berdoa, menemukan ayat-ayat istighfar beliau beristighfar, menemukan ayat-ayat sajadah beliau pun bersujud, atau ketika membaca ayat-ayat yang menyebutkan rahmat Allah, beliau serta merta memohonnya.

Khatam Quran Cara Sahabat 

Membaca Alquran seyogyanya dikerjakan pada siang maupun malam hari, saat bepergian maupun saat di rumah. Ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwasanya Rasulullah saw pernah berpesan kepada Abdullah bin ‘Amr hendaknya dia mengkhatamkan Alquran seminggu sekali. Demikian waktu yang digunakan oleh sejumlah sahabat Rasulullah saw, seperti Utsman, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, atau Ubay bin Ka’ab dalam mengkhatamkan Alquran.

Sahabat Utsman ra biasanya memulai bacaannya pada malam Jumat dari Al Baqarah hingga Al Maidah, malam Sabtu dari Al An’am hingga Hud, malam Ahad dari Yusuf hingga Maryam, malam Senin dari Thaa Haa sampai Al Qashash, malam Selasa dari Al Ankabut sampai Shaad, malam Rabu dari Az Zumar sampai Ar Rahman, dan malam Kamis ia sempurnakan hingga khatam. Wallahu a’lam bissawab.

suara-islam.com