Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Mujahid Pun Perlu Pembersihan Jiwa (Tazkiyatun Nafs)

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

(Pertama) “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya: ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab: ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (hamba ini mengakui beramal karena riya’—edt).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka.

(Kedua) berikutnya orang adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca Al-Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim dan engkau membaca Al-Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca Al-Qur’an). Memang begitulah yang dikatakan (hamba ini mengakui beramal karena riya’—edt).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.

(Ketiga) berikutnya adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (hamba ini mengakui beramal karena riya’—edt).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka’.”

Diriwayatkan oleh: HR. Imam Muslim, Kitabul Imarah, bab Man Qaatala lir Riya’ was Sum’ah Istahaqqannar (VI/47) atau (III/1513-1514 no. 1905); HR. Imam An Nasa-i, Kitabul Jihad bab Man Qaatala liyuqala : Fulan Jari’; HR. Imam An-Nasa’i VI/23-24; HR. Imam Ahmad II/322; HR. Imam Al-Baihaqi, IX/168.

Ikhwanii fid Dien rohimakumulloh (Saudara-saudaraku muslim, yang semoga Allah mengaruniakan Rahmat-Nya kepada saudara)....

Apa jadinya jika seorang mujahid (pejuang) tanpa membiasakan diri untuk melakukan pembersihan jiwa (tazkiyatun nafs)?

  • Waktunya akan dihabiskan untuk melawan sifat 'ujub dan kesombongan dirinya.
  • Niat jihadnya akan selalu terhalangi oleh hubbud dunya.
  • Amal jihadnya akan habis oleh sum'ah (senang publisitas) dan hubbudz dzikr (senang disebut-sebut).
  • Tauhidnya akan digerogoti oleh riya'.
  • Amal shalih-nya akan dipindahkan kepada orang lain karena banyaknya ghibah (menggunjing), su'udzon (buruk sangka) dan merendahkan orang lain.
  • Dirinya akan dijauhi orang, dakwahnya akan terhalang dan bahkan tertolak karena su'ul adab wal akhlak (buruk akhlak dan adabnya).
  • Jiwanya akan kering karena kurangnya zikrullah.
  • Pertolongan akan jauh karena banyaknya maksiat.
  • Tajam lisannya akan menyakiti saudaranya, namimah yang dilakukannya akan memecah belah ukhuwwah.
  • Hasad (iri dan dengki) dalam dirinya akan membakar semua amal, bukan saja amalnya tetapi juga amal saudara-saudaranya.
  • Dzul wajhain (bermuka dua) akan dimanfaatkan oleh musuh untuk mengorek aib dan rahasia saudaranya.
  • Syahwat akan harta, wanita, dan kedudukan akan membuatnya gelap mata dan menabrak apa saja yang di depannya.
  • Setan akan membantunya dan senantiasa mendorongnya agar selalu di antara barisan mujahidin karena dengannya shoff jihad akan terkoyak-koyak.

Bisa jadi, penulis dan kita semua merasakan salah satu di antara ini semua, atau masih ada yang lain yang belum penulis sebutkan?

Ikhwanii fid Dien rohimakumulloh (Saudara-saudaraku muslim, yang semoga Allah mengaruniakan Rahmat-Nya kepada saudara)....

Banyak di antara kita menyepelekan Tazkiyatun Nafs (pensucian/pembersihan jiwa) seakan hanya penganut tasawwuf dan tarekat saja yang memerlukannya. Padahal Allah SWT bersumpah dengan 7 (tujuh) makhluk-Nya yang luar biasa sebelum bersumpah dengan jiwa dan imbalan yang akan diperoleh oleh mereka yang mensucikan jiwanya.


"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Dan bulan apabila mengiringinya. Dan siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila menutupinya. Dan langit serta pembinaannya. Dan bumi serta penghamparannya. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya," (QS Asy Syams 1 – 10).

Ikhwanii fid Dien rohimakumulloh (Saudara-saudaraku muslim, yang semoga Allah mengaruniakan Rahmat-Nya kepada saudara)....

Mari kita baca ulang ayat tersebut bagaimana Allah Bersumpah dengan:

1. Matahari,
2. Cahaya matahari,
3. Bulan,
4. Siang,
5. Malam,
6. Langit dan proses penjagaannya, dan
7. Bumi dan penghamparannya,

barulah kemudian Dia bersumpah dengan jiwa dan penyempurnaannya.

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:


أربعٌ إذا كُنّ فيكَ لا يَضُرُّك ما فاتَك من الدنيا: صِدْقُ الحديث، وحِفْظُ الأمانة، وحسن خُلق، وعفَّة طُعْمة

“Ada empat hal jika keempatnya ada dalam dirimu maka apapun yg hilang darimu di dunia ini tdk akan mencelakakanmu: kejujuran dalam ucapan, menjaga amanah, akhlak yg mulia dan menjaga iffah (harga diri, kehalalan, kesucian) dalam mencari rizki,” (HR. Ahmad dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al Albani).


رَحِمَ الله امرأً تكلّم فَغَنِمَ أو سَكَتَ فَسَلِمَ

“Allah Melimpahkan Rahmat dan kasih sayang-Nya kepada orang yang jika ia berbicara membuat dirinya dan orang lain merasa beruntung, dan jika ia diam dirinya dan orang lain merasa selamat (dari mulutnya),” (HR. Baihaqi dg sanad Hasan).

Shahabat Abdullah bin Rawahah Rodhiyallohu 'anhu berkata, "Kita berjihad melawan musuh-musuh Allah bukan dengan mengandalkan kekuatan kita, bukan pula besarnya jumlah pasukan kita, kita berperang hanya berbekal Dienul Islam yang kita pegang sekuat tenaga dan penuh keteguhan jiwa, dengan Islam itulah Allah telah memuliakan dan memenangkan kita semua," (Shiroh Ibnu Hisyam jilid 2 halaman 375).

Amirul Mukminin, Umar Bin Khattab Rodhiyallohu 'anhu menasehati pasukan muslim, “Jika kita tidak memperoleh kemenangan disebabkan ketaatan kita kepada Allah, pastilah musuh-musuh kita akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka."

Shahabat Abdullah bin Abbas Rodhiyallohu 'anhuma berkata, “Wahai orang yang berbuat dosa, janganlah engkau merasa aman dari dosa-dosamu. Ketahuilah bahwa akibat dari dosa yang engkau lakukan, adalah jauh lebih besar dari dosa dan maksiat itu sendiri."

“Ketahuilah bahwa hilangnya rasa malu kepada malaikat yang menjaga di kiri kananmu saat engkau melakukan dosa dan maksiat, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu."

“Sesungguhnya ketika engkau tertawa saat melakukan maksiat sedangkan engkau tidak tahu apa yang akan Allah lakukan atas kamu, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu."

“Kegembiraanmu saat engkau melakukan maksiat yang menurutmu menguntungkanmu, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu."

“Dan kesedihanmu saat engkau tidak bisa melakukan dosa dan maksiat yang biasanya engkau lakukan, adalah jauh lebih besar dosanya dosanya dari dosa dan maksiat itu."

“Ketahuilah bahwa perasaan takut aib dan maksiatmu akan diketahui orang lain, sedangkan engkau tidak pernah merasa takut dengan Pandangan dan Pengawasan Allah, adalah jauh lebih besar dosanya dari aib dan maksiat itu."

“TAHUKAH ENGKAU APA DOSA NABI AYYUB SEHINGGA ALLAH MENGUJINYA DENGAN SAKIT KULIT YANG SANGAT MENJIJIKKAN SELAMA BERTAHUN-TAHUN, DITINGGALKAN KELUARGANYA DAN HABIS HARTA BENDANYA ? UJIAN ALLAH ITU HANYA DISEBABKAN KARENA SEORANG MISKIN YANG DIDZALIMI DATANG MEMINTA BANTUAN KEPADANYA, TETAPI NABI AYYUB TIDAK MEMBANTUNYA," (Suwar Min Hayatis Shohabah Jilid 3 Hal 60 - 61).

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya): "Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab, "Allah dan rasulNya lebih mengetahui."

Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam lalu berkata, "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah (orang) yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan puasa, shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci-maki orang ini dan menuduh orang itu berbuat zina. Dia pernah memakan harta orang itu lalu dia menanti orang ini menuntut dan mengambil pahalanya (sebagai tebusan) dan orang itu mengambil pula pahalanya. Bila pahala-pahalanya habis sebelum selesai tuntutan dan ganti tebusan atas dosa-dosanya maka dosa orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan ke api neraka." (HR. Muslim)

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), "Barangsiapa yang memiliki kesalahan dengan saudaranya maka hendaklah diselesaikan sekarang, karena sesungguhnya di sana (di akhirat) tiada lagi harta untuk membayar, (yang ada hanyalah) diambil kebaikan yang ada padanya, kalau dia tidak mempunyai kebaikan, diambil keburukan orang itu lalu diletakkan ke atasnya," (Hadits Riwayat Bukhari).

Ikhwanii fid Dien rohimakumulloh (Saudara-saudaraku muslim, yang semoga Allah mengaruniakan Rahmat-Nya kepada saudara)....


اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا

"Ya Allah, anugerahkanlah bagi jiwaku ketakwaan kepada-Mu, dan sucikanlah ia, Engkau lah Sebaik-baik Yang Mensucikannya, (dan) Engkau lah Yang Menjaga serta Melindunginya" (Shahih Muslim no. 2722).

[Fuad Hazimi/mzf/md]