Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Pakar Kristologi: Banyak kekeliruan mendasar terkait Natal

JAKARTA - Tahukah anda bahwa banyak keganjilan atau kekeliruan mendasar terkait Kristen rayakan Natal, dari mulai natal itu tradisi kafir zaman purba hingga keanehan pernak-perniknya, seperti saat musim salju kok ada bintang.

Hal ini diungkapkan oleh pakar Kristologi Ustadz Abu Deedat, seorang Ustadz yang mempelajari dan mendalami Kristen untuk membantah kesesatan Kristiani dengan kitab suci mereka dan memenagkan Islam diantara agama-agama yang ada. Dia menyebut enam di antara banyaknya keganjilan dan kekeliruan terkait hari raya Kristen Natal itu.

Pertama, 25 Desember jelas-jelas bukan hari kelahiran Yesus tetapi hari kelahiran dewa matahari. (Sebelum Kekaisaran Romawi memeluk Kristen,) Kaisar sebelumnya memeluk agama paganis yang meyakini dewa matahari lahir pada 25 Desember pada hari Minggu.

“Makanya, kata Kristen Saksi Jehova sebenarnya natal itu tradisi kafir zaman purba, bukan ajaran Kristen,” ungkapnya seperti diberitakan Tabloid Media Umat Edisi 118, Jum’at (20 Desember 2013 – 2 Januari 2014).

Kedua, berdasarkan Injil Lukas dan Injil Markus. Pada Injil Lukas pasal 2 ayat 1 dijelaskan Yesus lahir di jaman Raja Herodes berkuasa. Padahal Herodes empat tahun sebelum Masehi sudah mati. Maka, itu tidak tepat dengan lahirnya Yesus. Sedangkan Injil Markus, kata Ustadz Abu Dedat, menyebutkan Yesus lahir pada jaman Raja Agustus sedang mengadakan cacah penduduk. Itu terjadi pada tahun 7 Masehi.

“Jadi dari kedua Injil terjadi kontradiktif,” kesimpulannya.

Ketiga, kalau mengacu kepada ayat-ayat yang ada di dalam Injil, dijelaskan di malam hari ketika Yesus lahir di tanah Palestina itu ada penggembala domba sedang menggembala di malam hari. Tidak mungkin mungkin pada cuaca yang sangat dingin di malam hari ada penggembala domba. “Adanya gembala domba di malam hari menunjukkan itu bukan musim dingin (bukan Desember),” tegasnya.

Keempat, di tambah lagi dengan banyaknya versi Natal. Sebelum diputuskan untuk mengikuti tradisi Romawi merayakan natal pada 25 Desember, banyak versi hari lahirnya Yesus. “Ada yang 6 Januari, ada yang 7 Januari, ada yang 20 Maret. Bahkan, ada yang mengatakan 1 Oktober,” ungkapnya.

Kelima, kalau merujuk Al Quran, sesaat sebelum Yesus lahir, Siti Maryam diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menggoyangkan pohon kurma, agar buahnya jatuh dan dapat dimakan. “Maka tidak mungkin itu terjadi pada musim dingin (Desember). Karena korma itu panen di musim panas (Maret),” jelas Ustadz Abu Deedat.

Keenam, paradok juga tercermin dalam pernak-pernik natal, di bawah pohon natal itu ada salju (musim dingin) sedangan di atasnya ada bintang (musim panas). “Mana ada kenyataan pada saat musim salju malamnya terlihat bintang di langit? Tidak mungkinlah bintang bisa berbarengan dengan salju,” tutupnya.

(Arrahmah.com)