Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Keutamaan Tauhid & Ancaman bagi yang menentangnya

Saudaraku seiman, setelah kita membahas di artikel sebelumnya tentang penjelasan singkat seputar Tauhid,maka dengan Izin Allah SWT kami sajikan bagi anda penjelasan yang detail & rinci tentang keutamaan tauhid dan ancaman bagi yang menentangnya serta hal-hal yang bisa membatalkan tauhid (seseorang) dengan beragam perbuatan syirik dan bid'ah baik yang besar maupun yang kecil.

Sesungguhnya Tauhid adalah awal kewajiban yang pertama kali didakwahkan oleh para rasul dan merupakan landasan dakwah mereka, sebagaimana tercantum dalam firman Allah Ta'ala :

(( " Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “ Sembahlah Allah saja dan jauhilah Taghut ")) . Surat An- Nahl ayat  36

Tauhid adalah hak Allah Ta'ala terhadap hamba-Nya yang paling besar, sebagaimana tersebut dalam hadits Bukhari Muslim yang diriwayatkan oleh Muadz RA. Berkata : Rasulullah  SAW. bersabda : (( “ Hak Allah Ta'ala atas hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu apapun “ )).

Maka barang siapa yang merealisasikan tauhidnya  ( dalam ibadah kesehariannya ) dia akan masuk surga, dan barang siapa yang melakukan bahkan meyakini hal-hal yang menghilangkan dan membatalkan  tauhid maka dia akan masuk neraka .  

Karena tauhid inilah, Allah memerintahkan para rasul-Nya untuk memerangi kaum mereka sehingga mereka ( hanya ) mentauhidkan Allah dan ( hanya ) beribadah kepada-Nya, Rasulullah  SAW. bersabda : (( “ Aku diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhaq diibadahi kecuali Allah Ta'ala “)). Muttafaq Alaihi

Merealisasikan tauhid adalah merupakan satu-satunya jalan untuk mewujudkan kebahagiaan didunia dan akhirat,  sebagaimana sikap menyelisihinya adalah merupakan jalan kesengsaraan serta kebinasaan seseorang ( didunia & diakherat ), dan pengetrapan tauhid adalah jalan untuk menyatukan umat serta menyatukan barisan-barisan mereka sehingga arah tujuan mereka hanya satu ( yaitu menegakkan kalimatullah / tauhidullah dimuka bumi ini ), sedangkan kesalahan yang terjadi dalam rangka mengetrapkan tauhid akan menyebabkan perpecahan dan keretakan pada ummat ini .

Perlu diketahui oleh pembaca yang semoga Allah merahmati kita semua, bahwasannya tidak semua orang yang telah mengucapkan kalimat tauhid  ( لا إله إلا الله ) dia menjadi  Muwahid  ( orang yang telah melaksanakan tuntutan kalimat tauhid ) , karena harus ia memenuhi tujuh syarat sebagaimana disebutkan oleh para ulama :

1)   Pengetahuan tentang maknanya dan maksud dalam kalimat itu. Yaitu kalimat Nafyun ( لا إله ) dan kalimat itsbaatun (إلا الله  ). Nafyun adalah peniadaan segala bentuk ketuhanan yang berhak untuk disembah. Sedangkan Itsbaatun adalah peneguhan dan penekanan bahwa yang berhak disembah serta diibadahi hanya Allah Ta'ala saja.

2)   Keyakinan yang kokoh terhadap indikasi dari kalimat tauhid diatas.

3)   Menerima segala tuntutan kalimat tauhid diatas dengan segenap hati dan pengakuan lisan-nya.

4)   Tunduk patuh terhadap apa yang ditunjukkan oleh kaliamat di atas.

5)   Pembenaran dengan ucapan lisan dan pengakuan hati.

6)   Keikhlasan yang tulus tanpa disertai unsur riya'.

7)   Cinta terhadap kalimat tauhid dan kandungannya.

Saudara-saudaraku sekalian, sebagaimana kita berkewajiban untuk merealisasikan tauhid dengan memenuhipersyaratan-persyaratannya, maka kitapun berkewajiban untuk merasa takut dari berbuat syirik serta hendaknya kita senantiasa waspada terhadap segala bentuk ragam kesyirikan, dan semua pintu serta celah-celah yang akan menjerumuskan kita kedalam perbuatan syirik baik syirik akbar maupun syirik asghor. Karena kedholiman yang paling besar adalah perbuatan menyekutukan Allah Ta'ala, Allah akan mengampuni segala bentuk dosa hamba-Nya kecuali dosa syirik. Maka barang siapa yang berbuat syirik tertutuplah baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka, Allah Ta'ala berfirman :


(( " Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni  dosa syirik , dan dia mengampuni segala dosa selain  syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya " )). S. An-Nisa' : 48

Saudara-saudaraku sekalian, berikut kami paparkan perkara-perkara yang bertentangan dengan tauhid atau mengurangi nilainya (merusaknya) sebagaimana yang dipaparkan oleh para Ahlil ilmi ( 'Alim 'Ulama ) sebagai perhatian bagi kita  untuk menjauh terhadap perkara yang berat ini. :

1)   Memakai segala bentuk cincin atau benang-benang buhul  baik terbuat dari kuningan atau tembaga  atau terbuat dari besi atau kulit untuk menolak atau menghilangkan bala. Ini adalah  perbuatan syirik.

2)   Jampi-jampi atau mantera-mantera bid'ah yang tidak ada tuntunan dari Rasulullah  SAW. , gendam dan segala bentuk Tamimah serta azimat-azimat dan kata-kata yang tidak dapat dimengerti dari jampi-jampi, meminta tolong kepada jin dalam mengungkap bentuk penyakit atau mengobati sihir ataupun dengan mengalungkan tamimah pada leher-leher manusia atau binatang baik berbentuk benang atau ikatan-ikatan yang tertulis dengan kalimat-kalimat bid'ah yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah atau bahkan tertulis dengan al-Qur'an serta As-Sunnah, karena menurut pendapat yang benar hal ini tidak dibolehkan, karena perbuatan ini sebagai perantara terjadinya perbuatan syirik. Rasulullah  SAW. bersabda : (( “ Sesungguhnya Ruqyah - yang berbau syirik - , serta Tamimah dan Tiwalah adalah syririk " ))  HR. Ahmad & Abu Dawud.  Perlu kita perhatikan, perbuatan seperti menggantungkan kertas, tembaga ataupun besi yang ditulisi ayat-ayat kursi atau perbuatan meletakkan mushaf / Al Qur'an disertai dengan keyakinan bahwasanya semuanya itu bisa menyelamatkan atau menolak  dari kecelakaan atau keburukan-keburukan lain. Sebagian kertas-kertas tadi dibentuk menyerupai telapak tangan atau dalam bentuk menyerupai mata, maka hal ini tidak dibolehkan selama disertai dengan keyakinan menolak 'Ain. Rasulullah  SAW. bersabda : (( “ Barang siapa yang bergantung pada sesuatu maka ia akan diserahkan  kepadanya - sesuatu tersebut, maksudnya Allah akan berlepas diri darinya” ). HR. Ahmad, Tirmidzi & Al-Hakim.

3)     Termasuk yang merusak tauhid adalah meminta keberkahan kepada seseorang dan mengusap-usapkan tangan  padanya dan meminta berkahnya atau meminta keberkahan kepada pohon-pohonan, batu-batuan atau benda lainnya. Bahkan Ka'bah tidak boleh mengusap-usap dindingnya dengan niat mengambil berkah dari materinya. Umar bin Khaththab R.A. berkata  ketika akan mencium hajar  aswad : (( " Sesungguhnya aku mengetahui bahwasannya engkau hanyalah sebuah batu yang tidak dapat mendatangkan bahaya dan tidak pula mendatangkan manfa’at, kalau saja aku tidak melihat Rasulullah  SAW. mencium-mu maka aku tidak akan mencium-mu” .

4)   Termasuk perkara-perkara yang merusak tauhid adalah berkorban dengan menyembelih untuk selain Allah Ta'ala seperti untuk para wali, syetan-syetan dari jin dan manusia dengan maksud untuk mendapatkan manfaat dan atau menolak bahaya dari mereka, perbuatan inilah yang disebut syirik besar. Sebagaimana tidak diperbolehkan menyembelih untuk selain Allah Ta'ala, tidak diperbolehkan pula menyembelih ditempat yang dilakukan penyembelihan untuk selain Allah Ta'ala walaupun dia bermaksud menyembelih untuk Allah Ta'ala ( seperti di tempat  peribadatan orang-orang musyrik, dsb ) yang demikian ini untuk menutup jalan menuju kesyirikan.

5)   Bernadzar kepada selain Allah Ta'ala, karena nadzar adalah ibadah yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Ta'ala.

6)   Meminta pertolongan serta perlindungan kepada selain Allah Ta'ala. Rasulullah  SAW. bersabda kepada Ibnu Abbas R.A. : (( “ Jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah Ta'ala, dan jika engkau berlindung, berlindunglah kepada Allah Ta'ala “ )) dari sabda Rosul SAW. diatas kita bisa mengetahui bahwa meminta pertolongan kepada jin adalah terlarang.

7)   Termasuk perkara yang merusak tauhid  adalah berlebih-lebihan dalam mengkultuskan para wali dan orang-orang saleh, yaitu dengan menyamakan derajat  mereka dengan Rasulullah SAW. atau menyangka bahwasannya diantara mereka ada yang mencapai derajat  ma’sum ( tidak pernah  salah ).

8)   Perkara lain yang membatalkan tauhid seseorang adalah thowaf dikuburan. Ini adalah perbuatan syirik. Dan tidak dibolehkan bagi seorang muslim melakukan sholat dikuburan karena ditakutkan akan dijadikan sarana untuk berbuat syirik, maka bagaimanakah hukumnya terhadap mereka yang dengan sengaja sholat dikuburan yang memperuntukkan (sholatnya) untuk si mayit yang ada dikuburan atau dengan menjadikan kuburan sebagai tempat untuk melakukan acara ritual ibadah lainnya ..?!  Naudzubillah.

9)   Terdapat larangan untuk mendirikan bangunan diatas kuburan, atau dengan membangun kubah-kubah serta masjid-masjid diatasnya dan atau dengan mengkapurnya, hal ini dalam rangka melindungi tauhid sesorang.

10)    Perbuatan lainnya yang membatalkan tauhid adalah melakukan perbuatan sihir, mendatangi tukang sihir, dan para dukun  serta para peramalatau orang-orang yang sejenis dengan mereka. Karena sesungguhnya para tukang sihir adalah kafir, maka tidak boleh mendatangi mereka, menanyakan sesuatu kepadanya (yang tidak diketahui dari perkara ghaib), ataupun mempercayai ucapan mereka walaupun mereka disebut (oleh masyarakat) sebagai para wali atau syaikh- syaikh, dan atau yang sejenisnya.

11)    Termasuk yang merusak tauhid adalah “ Tathayyur « yaitu persangkaan buruk atau rasa pesimis dengan mendasarkan kepada hal-hal yang bukan sebab syar'i baik melalui burung-burung, menghitung hari-hari, nama-nama bulan, atau dengan pribadi seseorang, semua itu tidak boleh. Karena perbuatan diatas adalah syirik sebagaimana hadits diatas yang menerangkan tentang hal ini.

12)    Termasuk yang merusak tauhid adalah bergantung kepada sebab musabab semata, seperti bergantungnya seseorang kepada dokter, proses penyembuhan dari suatu penyakit, atau mendapatkan jenis pekerjaan dengan mengesampingkan sisi tawakal kepada Allah Ta'ala. Seharusnya ketika seseorang pergi ke dokter untuk berobat , atau dalam mencari rezki, hatinya senantiasa bergantung kepada Allah semata-mata dan bukan dengan bergantung kepada sebab.

13)      Di antara yang dapat merusak tauhid adalah meramal dengan menggunakan bintang-bintang atau menggunakannya bukang dalam hal yang semestinya, maka tidak diperbolehkan untuk menyingkap tabir terhadap perkara yang akan terjadi dimasa datang atau perkara-perkara ghaib lainnya yang tentunya semua ini terlarang.

14)      Termasuk dalam hal ini adalah meminta hujan dengan perantara bintang-bintang dan atau musim-musim dengan satu keyakinan bahwasannya turunnya hujan atau tidak, itu disebabkan oleh bintang-bintang, Tetapi  semestinya sesorang harus berkeyakinan bahwasannya turunnya hujan atau tidak adanya hujan merupakan kehendak Allah semata, sehingga kalaupun turun hujan dia akan berkata : ( Sesunggunya hujan ini turun karena rahmat serta karunia Allah ) .

15)      Termasuk perkara yang membatalkan tauhid adalah memalingkan suatu bentuk amalan ibadah  hati kepada selain Allah, seperti kecintaan yang mutlak atau takut, yang ditujukan kepada mahkluq.

16)    Di antara yang bisa merusak tauhid adalah merasa aman dari makar Allah atau adzab-Nya dan putus asa terhadap rahmat-Nya, akan tetapi hendaklah seseorang takut dari makar Allah dan tidaklah putus asa terhadap rahmat Allah. Maka jadilah orang yang senantiasa takut  dan berharap kepada Allah Ta'ala.

17)    Termasuk perkara yang bisa merusak tauhid adalah tidak sabar terhadap taqdir Allah dan berkeluh kesah serta menolak takdir dengan perkataan-perkataan : ( Ya Allah… kenapa Engkau timpakan hal ini kepadaku ?…atau kenapa Engkau timpakan  kepada si fulan ..ini dan ini, atau : Ya Allah…kenapa semuanya jadi begini ?. ) Atau yang lainnya seperti ratapan-ratapan tangisan yang berlebih-lebihan, dan mengoyak-ngoyak baju, serta mengacak-acak  rambut.

18)    Berbuat riya' dan sum'ah ( berharap agar supaya orang lain mendengar apa yang diperbuatnya ) , serta tidaklah dia beramal melainkan semata-mata dia hanya mengharap untuk mendapatkan imbalan di dunia ini.

19)    Termasuk perkara yang membatalkan tauhid adalah taat kepada ulama dan pemimpin, serta yang lainnya dalam menghalalkan perkara yang telah diharamkan oleh syari’at atau mengharamkan perkara yang telah halalkan oleh syari’at, karena ketaatan yang demikian adalah merupakan jenis perbuatan syirik.

20)    Di antara perkara yang bisa merusak tauhid seseorang adalah ucapan (مــاشـاء الله و شئت  )“ ini merupakan kehendak Allah dan kehendaki mu “, dan ucapan (لولا الله وفـلان   ) “ kalau tidak karena Allah dan karena mu “, atau ucapan (توكلت على الله وفـلان  ) “aku bertawakkal kepada Allah dan kepada si fulan, seharusnya memakai kalimat       ( ثــم ) yang artinya “kemudian “  bukan ( و ) yang artinya “ dan “  dalam kalimat-kalimat diatas. Karena Rasulullah  SAW. memerintahkan kepada para sahabatnya (( Apabila hendak bersumpah, hendaklah mereka mengucap :  ( ورب الكعبة  ) " Demi Tuhan ka'bah " , atau mengucap : (مــاشاء الله ثم شئت  ) " Ini merupakan kehendak Allah, kemudian kehendakmu ")) Hadits riwayat An-Nasa’i.

21)    Termasuk perkara yang merusak tauhid adalah mencela masa, zaman, hari, atau bulan.

22)    Di antara perkara yang membatalkan tauhid adalah menghina serta mempermainkan agama atau para Rosul, Al-Qur'an, dan Sunnah, atau menghina para ulama serta orang-orang sholeh dengan sebab mereka menerapkan serta menampakkan sunnah-sunnah seperti memelihara jenggot, memakai siwak, memendekkan celana sampai mata kaki dan sebagainya.

23)    Menamai seseorang dengan nama (عبدالنبى)“ Hamba nabi  “ atau (عبدالكعبة  )“ Hamba ka’bah “ atau (عبدالحسين ) “ Hamba husein “ semuanya tidak boleh, karena penghambaan hanya diperuntukkan bagi Allah semata, seperti : ( عبدالله  ) “ Hamba Allah “ atau (  عبدالرحمن  ) “ Hamba – Dzat – yang Maha Pengasih “ .

24)    Termasuk perbuatan yang merusak tauhid adalah menggambar sesuatu yang bernyawa   ( manusia & hewan ) kemudian mengagungkannya dan menempelkannya di dinding, dimajlis-majlis, dan atau tempat-tempat lain.

25)    Di antara perkara yang meniadakan tauhid adalah meletakkan, atau menggambar, atau membiarkan salib ada pada pakaian ( dengan penuh kesadaran akan hukumnya ) , padahal semestinya salib-salib itu harus dipecahkan serta diratakan dengan tanah.

26)    Termasukyang membatalkan tauhid adalah memberikan wala’ (loyalitas) terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik serta mengagukan dan menghormati mereka, atau memanggil mereka dengan panggilan " Ya..sayyid  (tuan)" .

27)    Termasuk perkara yang meniadakan tauhid serta membatalkannya adalah berhukum kepada selain hukum Allah dan menyamakan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia dengan syari’at yang hakim ini, dengan satu keyakinan bahwasannya perundang-undangan yang dibuat oleh manusia sama kedudukannya dengan syari’at ini atau dia lebih baik serta lebih layak dan cocok untuk segala zaman. Termasuk dalam hal ini adalah mereka yang rela dengan pemberlakuan perundang-undangan diatas.

28)    Di antara perkara yang merusak tauhid adalah bersumpah kepada selain Allah, seperti bersumpah dengan “ Nama seorang Nabi “ atau dengan kalimat “ Amanah “ atau sejenisnya, Rasulullah  SAW. bersabda  : (( “ Barang siapa yang bersumpah kepada selain Allah, maka dia telah kafir atau telah syirik “ )) . Hadits Riwayat Tirmidzi dan dihasankannya.

Wahai saudaraku sekalian, kewajiban kita selain merealisasikan tauhid, kita harus mewaspadai akan perbuatan-perbuatan yang bertentangan serta membatalkan tauhid. Dan kitapun berkewajiban untuk berjalan diatas Manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah (metode Ahlussunnah Wal Jama'ah), Al-Firqoh An-Najiyah ( golongan yang selamat ) Yaitu metode generasi para pendahulu umat ini dari kalangan sahabat dan generasi yang mengikuti mereka setelahnya, kita harus mengetrapkan manhaj mereka pada semua sisi agidah dan akhlaq.

Sebagaimana Ahlussunnah wal Jama’ah mempunyai manhaj dalam hal agidah terutama dalam hal “ Asma ul Husna “ maupun “ Sifat-sifat Allah “ dan yang sejenisnya, begitu  pula Ahlussunnah wal Jama’ah mempunyai manhaj dalam hal budi pekerti, tingkah laku, bagaimana seseorang dalam berinteraksi dengan sesama, dan atau berinteraksi dengan Allah SWT, bahkan Ahlussunnah Wal Jama’ah mempunyai manhaj pada semua aspek kehidupan.

Oleh sebab itu, tatkala Rasulallah SAW menyebutkan bahwasannya ummatnya akan terpecah menjadi 73 golongan dan semuanya akan masuk neraka kecuali hanya satu golongan yang akan selamat, maka beliau bersabda : (( “ Mereka adalah seperti aku dan para sahabat ada padanya sekarang “ )). Rasulallah SAW tidak mengatakan dalam hadits diatas bahwa  mereka yang selamat adalah mereka yang mengatakan begini dan begitu, atau berbuat begini dan begitu saja, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sesuai dengan Manhaj Rasulullah  SAW dan para sahabatnya pada setiap sisi kehidupan.

Maka kewajiban bagi anda - wahai saudaraku - :

1)   Dalam hal sifat-sifat Allah Ta'ala ; Hendaklah engkau mensifati Allah sebagaimana Allah Azza Wa Jalla mensifati diri-Nya sendiri atau sebagaimana Rasulullah  SAW mensifati-Nya, tanpa menyelewengan makna yang sesungguhnya atau bertanya-tanya tentang Dzat-Nya dan tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluq serta tanpa meniadakan sifat-sifat-Nya. Oleh karena itu, tidak boleh seseorang mentiadakan sifat dari sifat-sifat Allah kecuali terdapat nash yang shohih yang mentiadakan-Nya, dan tidak boleh pula menyerupakan-Nya dengan makhluq sebagaimana firman-Nya : ((“ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia maha Mendengar lagi Maha Melihat “)) As Syuro : 11

2)   Bahwasanya Al-Qur'an adalah Kalamullah (firman) yang diturunkan, bukanlah makhluq yang diciptakan oleh Allah dan akan kembali kepada-Nya.

3)   Mengimani terhadap apa saja yang akan terjadi setelah kematian dari keadaan serta kejadian di alam kubur dan yang lainnya.

4)   Berkeyakinan bahwa iman itu merupakan pengetrapan dari dua perkara yang tidak bisa dipisahkan antara perkataan dan perbuatan, dimana iman seseorang bisa bertambah dengan keta’atan serta berkurang dengan kemaksitan.

5)   Kita tidak mengkafirkan orang yang berdosa selain dosa syirik selama dia tidak menghalalkan dosa tersebut, karena sesungguhnya seseorang yang melakukan dosa besar jika ia bertobat  maka Allah akan menerima taubatnya, dan jika ia meninggal dan belum sempat bertaubat maka ia dalam kebijaksanaan Allah SWT, jika Allah menghendakinya maka Dia akan Mengampuninya, dan jika Allah tidak menghendakinya maka Dia akan mengadzabnya kemudian memasukkannya kedalam surga, dan sesungguhnya dia tidak kekal di neraka kecuali orang kafir dan musyrik, dan termasuk kufur seseorang yang meninggalkan sholat ( dengan kesadarannya dan dia mengetahui hukumnya atau menganggap bahwasannya sholat hukumnya tidak wajib ).

6)   Ahlussunnah mencintai para sahabat dan mengagungkan mereka serta loyal kepada mereka, baik dari kalangan Ahlul-Bait atau sahabat yang lainnya. Ahlussunnah tidak berkeyakinan akan kemaksuman para sahabat, sebagaimana mereka berkeyakinan bahwasannya Abu Bakar As-siddiq adalah sahabat yang paling mulia setelah para nabi dan rasul, setelahnya Umar Bin Khattob, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abu Tholib – Semoga Allah meridhoi mereka semua– Dan keyakinan Ahlussunnah terhadap para sahabat tidaklah mengomentari atas perselisihan yang terjadi diantara mereka, karena mereka semuanya dalam keadaan berijtihad, siapa yang benar diantara mereka dalam berijtihad maka akan mendapatpan dua pahala dan yang salah akan mendapat satu pahala.

7)   Ahlussunnah beriman terhadap karomah para wali Allah Ta'ala, karena mereka adalah orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang sholih. Allah Ta'ala berfirman dalam surat Yunus ayat : 62-63 :

 

(( “ Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan Tidak pula mereka bersedih hati, Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa“ )).

8)   Ahlussunnah tidak berpendapat tentang kewajiban untuk keluar dari imam ( seorang pemimpin muslim ) selama mereka mendirikan sholat, dan tidak mengkafirkan mereka ( murtad ) kecuali dengan menegakkan hujjah terlebih dahulu kepada mereka.

9)   Ahlusssunnah beriman kepada taqdir Allah yang baik dan yang jelek dengan berbagai tingkatannya, serta berkeyakinan bahwa setiap manusia mempunyai jalan dan haq untuk memilih, ahlus sunnah tidak meniadakan taqdir sebagaimana tidak pula meniadakan usaha dari manusia bahkan mereka menetapkan kedua-duanya.

10)  Ahlussunnah mencintai kebaikan serta senantiasa menda’wahi manusia untuk melakukannya, dan mereka adalah sebaik-baik manusia bahkan yang paling adilnya manusia bagi manusia.