Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Karakteristik Islam

Islam adalah agama yang sempurna dan utuh, sempurna keanggotaannya dan utuh bangunannya dalam satu kesatuan. Jika diteliti komponen-komponen bangunannya maka kita dapati saling masuk dan terkait yang pada akhirnya membentuk satu anyaman yang utuh sempurna.

a) Maka jika kita lihat dari satu sudut pandang, maka Islam itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Dia itu agama fitrah
  2. Dia itu agama akal
  3. Dia itu agama ilmu dan hikmah
  4. Dia itu agama hati, rasa dan jiwa

b) Dan dari sudut pandang yang lain :

  1. Dia adalah agama kesatuan kemanusian, dia adalah Islam yang memanjang dalam sejarah.
  2. Agama persamaan antara semua manusia.
  3. Agama kebebasan bagi setiap manusia.
  4. Satu-satunya agama untuk manusia.
  5. Tasyri’nya satu untuk semua orang, di negeri Islam yang mukmin dan kafir tunduk kepadanya tanpa aniaya dan penindasan.
  6. Agama keadilan bagi semua manusia.

c) Dari sudut ketiga kita dapati Islam dibangun dengan lima pilar:

  1. Syahadat tauhid dan risalah.
  2. Menegakkan shalat.
  3. Membayar zakat.
  4. Puasa Ramadhan.
  5. Melaksanakan Haji bagi yang mampu.

D) Dan dari SUDUT keempat kita lihat ISLAM tersusun dari tiga wilayah:

  1. Aqidah
  2. Syari’ah (ibadah dan muammalah)
  3. Akhlaq.

E) Dari sudut kelima garis-garis dan arsiteknya nampak jelas sebagai berikut:

  1. Mudah (yusr, suhulah)
  2. Pertengahan (wasathiyah)
  3. Jembatannya menghubungkan dunia dan akhirat.
  4. Seimbang (tarazun) antara aspek jiwa, ruh, akal dan jasad.
  5. Seimbang antara individu dan masyarakat, laki-laki dan perempuan, penguasa dan rakyat dan lainya.
  6. Mudah ajarannya dan jelas, bebas dari kerumitan falsafi. Seorang badui datang ke Madinah mengucapkan salam kemudian diajari oleh rasulullah e tentang Islam hanya dalam satu majlis, lalu beliau mengambil janjinya agar mengamalkannya, kemudian badui itu berkata: “Saya tidak akan menambah”, maka jawab Rasulullah e: “dia beruntung jika benar”.
  7. Menyeluruh (syumul, komperhensif) mencakup semua aspek, dia adalah din dan  dunya.
  8. Relevan untuk setiap ruang dan waktu, terbuka bagi akal sepanjang masa. Bagi yang memenuhi syarat ijtihad berhak mempelajari , memahami dan berbicara, dan produk pemikirannya disebut Fiqih Islam. Dia bukan monopoli satu kelompok namun bukan pula barang mainan, tidak diizinkan melainkan bagi sebagian akal manusia.
  9. Terbagi menjadi azimah dan rukhshah. Sebagimana dikatakan oleh Muhammad Rasyid Ridha, maka Ibnu ‘Abbas condong pada sisi rukhshah dan Ibnu Umar condong pada sisi azimah, sedangkan manusia bertingkat-tingkat dalam kemalasan, keseriusan dan keseimbangannya. Dia itu cocok untuk badui yang kasar, pemikir besar dan kelas-kelas manusia diantara keduanya. Dia meliputi zaman onta dan zaman pesawat ruang angkasa, antara keduanya dan sesudahnya.
  10. Dia adalah agama Syura dan Ijtihad dalam segala bidang, pemahaman pribadi dalam agama Islam dan kehidupan bukanlah watak Islam.

Begitulah kompleksitas arsitek bangunan Islam, akan tetapi, semua bentuk, isi dan bagian-bagiannya terikat kuat. Tidak ada keterputusan atau pembatas-pembatas diantaranya. Bahkan Islam ini menyatu bagaikan menyatunya air di sungai, hawa di udara, dan ruh di jasad.

Sesungguhnya Islam adalah kehidupan dalam dunia ini, untuk alam ini dan untuk manusia yang dijadikan sebagai khalifah di alam ini.

Wahai orang-orang yang beriman jawablah Allah dan rasul-Nya jika Dia mengajakmu kepada apa yang membuat kamu hidup” (Al-Anfal: 24)

KEMUDAHAN ISLAM

Dia sekali-kali tidak menjadikian untuk kamu dalam agama suatu kesempitan”. Demikian pernyataan Allah dalam surat al-Hajj ayat 78. Rasulullah e juga telah bersabda: “Dan sesungguhnya aku telah diutus untuk membawa Hanifiyah Samhah”.(HR. ahmad). Oleh karena itu Islam adalah agama yang paling dicintai oleh Allah e. Dalam sabdanya Rasulullah e menyatakan dengan tegas: “Agama yang paling  dicintai oleh Allah satu adalah Hanifiyah Samhah (yang lurus dan mudah)”. (HR. Bukhari, Iman 29). Yang dimaksud dengan Hanifiyah adalah Islam dan seorang hanif berarti seorang muslim.

Sejarah Islam membuktikan bahwa bangsa Arab yang buta aksara itu telah menerima kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, karena mereka tidak memiliki falsafah keagaman yang akan dipakai untuk menghukumi agama tauhid dan fadhilah, setelah Allah mencabut akar pohon syirik, dan tidak memiliki tradisi tasyri’ yang bisa merancui syari’at Allah yang bersih. Maka bangsa-bangsa di dunia dengan mudah bisa menyerap ajaran Islam dari bangsa Arab muslim. Tidak lama, ribuan dari kaum mawali yang ajam itu semenjak abad I dan II dapat memahami bahasa agama ini dan memahami kitabNya yang diturunkan. “Sungguh telah kami mudahkan al-Qur`an itu untuk dipelajari, maka apakah ada orang yang mengambil pelajaran”. . demikian statemen Allah dalam salah satu ayat-Nya.

Akhirnya orang-orang ajam itu ambil bagian bersama-sama guru-guru mereka yang Arab itu dalam menyebarkan dakwah, mengkodofikasi bahasa dan sunah. Kemudian seiring dengan pembukaan negeri-negeri dan penyebaran agama islam di muka bumi, maka Islam terbentang dari timur hingga barat secara revolusioner, belum pernah ada bandingannya dalam sejarah manusia. Maka dalam satu generasi kekuasaan islam telah mencapai wilayah yang tidak dicapai oleh imperium Romawi dalam delapan abad. Maka Islam yang samhah itu menjadi negara terbesar dan termakmur dimuka bumi yang sangat memperhatikan rahmah dan keadilan.

Kemudian muncullah tanduk-tanduk bid’ah ditengah umat Islam, dan falsafah bangsa-bangsa itu masuk mempengaruhi mereka dan tradisi-tradisi agama-agama itu ikut mewarnainya, dan mereka memerlukan perluasan dalam tasyri’ sipil, hukum dan politik, maka mereka meletakkan dasar ilmu fiqih, karena dorongan kebutuhan pemerintahan, ilmu kalam untuk menjaga akidah dari bid’ah dan teori-teori falsafah. Maka bercampurlah dengan aqidah dan hukum Islam apa yang bukan menjadi bagiannya. Sejak itulah ajran-ajaran Islam keluar dari wilayah kemudahan dan kesederhanaan, menuju kesulitan dan kerumitan.

Dahulu di zaman Nabi e seorang badui untuk menjadi muslim cukup belajar dengan belajar kepada nabi e tentang ibadah-ibadah pribadi hanya dalam satu majlis. Kini sulit bagi seorang anak yang tumbuh ditengah-tengah kaum muslimin untuk mempelajari agamanya yang diwariskan dalam beberapa tahun, karena hukum-hukum telah banyak oleh qias-qias mazdhab dan pembagiannya, ditambah dengan sulitnya bahasa penulis kitab, akhirnya berkurang orang yang mengerti dan yang minat untuk mengerti.

Oleh karena itu “Tidak akan menjadi baik umat ini, kecuali dengan berangkat dengan ajaran yang telah mengantarkan kejayaan generasinya yang terdahulu”. Yaitu bahasa Arab untuk memahami al-Qur`an dan sunnah, sesuai dengan pehaman salaf ditambah dengan ulum kauniyah. Dengan begitu maka Ittiba’ Syari’atillah tidak terpisah dengan ittiba’ sunatillah.