Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Menangislah Karena Takut pada Allah

Oleh : Mabsus Abu Fatih, @mabsus

MENANGIS merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dipastikan, tidak ada manusia –termasuk kita- yang tidak pernah menangis selama hidupnya. Ya, menangis adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Ada yang menangis karena hal yang membahagiakan. Mendapatkan keturunan, atau mendapatkan jodoh yang telah dinanti sekian lama misalnya.

Ada juga menangis yang disebabkan karena duka mendalam. Duka kehilangan sanak saudara, kehilangan orang terkasih, kehilangan harta benda atau karena terusir dari tempat kelahiran seperti yang dialami saudara-saudara kita di Palestina. Mereka menangis karena diusir oleh kaum Zionis terlaknat.

Contoh lain yang terbaru adalah apa yang dialami saudara-saudara kita di Kampung Pulo – Jakarta Timur. Mereka harus menangis lantaran dipaksa pindah dari kampung pulo, tempat yang telah mereka tempati selama tiga generasi lamanya. Wajar mereka menangis. Bagaimana tidak, awalnya mereka dijanjikan kampung deret di lokasi yang sekarang diratakan, tapi nyatanya mereka malah digusur.

Bagaimana tidak menangis, mereka digusur gubernur DKI Jakarta, Ahok dengan alasan telah menempati lahan yang seharusnya menjadi resapan air. Sementara pada saat yang sama, mereka menyaksikan bagaimana perumahan elit dan mall yang juga sama-sama berdiri di lahan yang menjadi resapan air ternyata dibiarkan begitu saja.

Mall Kelapa Gading dan Kelapa Gading Square adalah contoh dari bagunan mewah dan sentra bisnis yang telah merebut daerah resapan air bahkan persawahan. Kenapa Mall Kelapa Gading dan Kelapa Gading Square tidak disentuh, sementara Kampung Pulo diobrak-abrik? Apakah karena Mall Kelapa Gading dan Kelapa Gading Square milik konglomerat dan kapitalis?

Semoga Allah memberikan kesabaran kepada saudara-saudara kita di Kampung Pulo, dan daerah-daerah lainnya. Hanya kepada Allah-lah urusan orang-orang dzalim kita serahkan.

Kembali kepada persoalan menangis. Apakah menangis hanya terjadi karena hal bahagia atau duka mendalam semata? Ternyata tidak. Ada penjelasan ulama yang berkaitan dengan menangis. Pendapat Syaikh Shalih bin Shuwailih Al-Hasawy dalam bukunya Tangis Para Salaf hal. 17-18 misalnya.

Dalam buku yang merupakan terjemahan dari “Al-khosyatu wa al-bukâu” tersebut, Syaikh Shalih bin Shuwailih al-Hasawy menjelaskan bahwa tangisan terbagi menjadi tiga macam.

Pertama, tangisan karena kegembiraan dan tangisan kebahagiaan. Contoh dari tangisan ini adalah sebagaimana disebutkan dalam kisah hijrah Abu Bakar ash-Shiddiq, ketika beliau berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Bolehkah aku menyertaimu wahai Rasulullah?”. Rasul menjawab: “Ya”. ‘Aisyah menceritakan: “Maka menangislah Abu Bakar karena gembiranya. Padahal sebelumnya tidak pernah aku mengira ada seseorang yang menangis karena gembira”

Kedua, tangisan karena kesedihan sebab telah kehilangan kekasih atau karib kerabat, atau karena musibah yang menimpa kaum muslimin. Ini merupakan kasih sayang yang Allah resapkan ke dalam hati hamba-hamba-Nya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah Shallallu ‘alaihi wa sallam ketika beliau meneteskan air mata di saat kematian putera beliau bernama Ibrahim. Abdurrahman bin ‘Auf berkata kepada beliau: “Engkau juga menangis wahai Rasulullah?”. Beliau berkata: “Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah air mata kasih sayang”

Ketiga, ini merupakan jenis tangisan yang paling agung dan paling mulia. Yaitu, tangisan karena takut kepada Allah Subhânahu wa ta’âlâ. Tangisan jenis ini disebutkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

Dalam Al-Qur’an, misalnya disebutkan di dalam QS Al-Isrâ’[17] : 107-109, “Katakanlah, ‘Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, Dan mereka berkata: “Maha suci Tuhan Kami, Sesungguhnya janji Tuhan Kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.

Disamping QS Al-Isra tersebut, ayat yang membicarakan tentang menangis karena takut kepada Allah bisa ditemukan di dalam QS Maryam [19]:58, QS Al-Mâidah [5]:83, at-Tawbah [9]:91-92, QS An-Najm [53]:59-60.

Juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, ”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak akan masuk neraka seorang lelaki yang menangis karena takut kepada Allah, sehingga air susu kembali ke puting susunya. Dan tidak akan berkumpul debu fi sabilillah dengan asap jahannam selamanya’” (HR at-Tirmidzi dan An-Nasâi, at-Tirmidzi berkata: “Hasan Shahîh.”)

Lebih dari itu, menangis karena takut kepada Allah SWT bukan hanya agung dan mulia, melainkan juga merupakan amalan yang disunahkan. Bahkan perasaan takutnya seorang hamba kepada Allah itu sendiri fardlu hukumnya. (Min Muqâwimât an-Nafsiyah al-Islâmiyah, Daarul Ummah, Beirut. Hal. 40 dan Hal. 46)

Semoga kita termasuk orang-orang yang bukan hanya bisa menangis lantaran bahagia dan sedih semata, tetapi kita juga bisa menangis lantaran takutnya kita kepada Allah Ta’ala. Âmîn Yâ Robbal ‘Âlamîn. Wallâhu a’lâm bi al-showâb.